Menghargai Proses Tetap Dukung Timnas
DALAM sepak bola ada istilah bola itu bulat. Itu disebabkan hasil pertandingannya sukar diprediksi.
Segala sesuatu bisa saja terjadi, bahkan hingga detik-detik akhir. Singapura yang di menit ke-90 mendapat hadiah penalti saat skor imbang 2-2 melawan Indonesia di semifinal Piala AFF lalu akhirnya gagal dan kalah 2-4 melalui perpanjangan waktu.
Artinya, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin dalam sepak bola. Itu pula yang harus diyakini para pemain tim nasional Indonesia yang akan menghadapi Thailand di pertemuan kedua final Piala AFF, nanti malam.
Tertinggal 0-4 di pertemuan pertama membuat peluang Evan Dimas dkk kali ini memang cukup berat.
Namun, tidak ada yang mustahil selama peluit akhir belum berbunyi.
Kuncinya terletak pada semangat juang dan kerja keras pemain sepanjang pertandingan. Pelatih timnas Shin Tae-yong pun belum menyerah. Ia meminta pemain bekerja keras dan dukungan dari suporter. Di final Liga Champions 2005, misalnya, Liverpool yang tertinggal 0-3 di babak pertama dari AC Milan mampu bangkit dan membalikkan keadaan.
Begitu pun Barcelona yang tertinggal 0-4 dari Paris Saint Germain pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions 2017 mampu bangkit dan melumat lawan mereka itu 6-1. Karena itu pula, ada istilah impossible is nothing yang menjadi tagline merek sebuah sepatu olahraga terkenal.
Dalam dunia olahraga, termasuk sepak bola, memang tidak ada yang mustahil. Siapa bisa mengira Yunani yang sebelumnya tidak diperhitungkan mampu menjuarai Piala Eropa 2004 atau Korea Selatan mampu menembus semifinal Piala Dunia 2002 dengan menyingkirkan tim-tim hebat seperti Polandia, Portugal, dan Italia.
Intinya pada semangat juang dan itu salah satunya bisa diperoleh dari dukungan suporter. Kita bisa melihat bagaimana antusias dan bangganya masyarakat Korsel pada perjuangan timnas mereka. Oleh karena itu, kita pun harus menghargai usaha keras para pemain tim ‘Garuda’ yang telah berjuang susah payah di perhelatan ini.
Mereka telah menunjukkan semangat juang luar biasa untuk melawan semua keterbatasan. Kalah-menang ialah hal biasa dalam pertandingan. Bangsa ini harus belajar sportif dan tidak melemparkan kesalahan kepada orang lain atas suatu kegagalan. Jangan ada yang mem-bully karena itu akan meruntuhkan mental mereka. Apalagi anak-anak ini masih muda (rata-rata 23,8 tahun).
Perjalanan mereka masih panjang dan berpotensi mengukir prestasi lebih jauh lagi di masa depan. Hargai talenta dan perjuangan mereka. Euforia kecintaan terhadap timnas ini harus terus dipelihara. Berharap timnas juara itu wajar, tetapi jangan sampai itu luntur hanya karena hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Jangan hanya dipuja ketika menang, tapi dihina ketika kalah.
Biasakan menghargai proses, bukan cuma hasil. Sikap dan mentalitas seperti itu semestinya juga diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tidak ada jalan pintas untuk meraih keberhasilan. Itu harus melewati proses. Jangan ingin cepat kaya, tapi dengan jalan pintas, korupsi. Jangan gampang menyalahkan orang lain tanpa mau melihat apa usaha yang telah dilakukan orang itu.
Jika ingin jadi pemenang, bangsa ini harus membuang jauh-jauh tabiat tidak menghargai proses. Menang itu bukanlah sebuah kebetulan. Di dalam sebuah kemenangan ada kerja keras, kegigihan, dan pengorbanan. Bersikaplah optimistis. Jangan selalu memandang sesuatu dengan pesimistis, apalagi nyinyir. Semangat juang luar biasa untuk melawan semua keterbatasan harus menjadi modal sosial bangsa ini untuk tetap optimistis memasuki 2022.
Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2533-menghargai-proses-tetap-dukung-timnas