まずは動画を一度見て、大体の内容を確認しましょう。分からない単語は放置で良いです。その後に音声を流しながら文字お越しの文章を追います。分からない単語がチェックできた時点で、もう一度動画を観る⇒音声を流す作業をしてください。最後に音声を流して情景やストーリーをイメージできるようになるまで何度も繰り返しましょう。音声だけを聞いて分からない単語や表現がなくなったら次の動画を観ましょう。
文字起こし
Legenda Buaya Tembaga – Kisah dari Provinsi Maluku
Pada zaman dahulu kala di sebuah tempat yang bernama Bagula, hiduplah seekor buaya yang berwarna kuning seperti tembaga.
Karena warnanya yang kuning seperti tembaga itulah masyarakat setempat pun menjuluki buaya tersebut dengan sebutan Buaya Tembaga.
Buaya Tembaga konon tinggal di lautan sekitar pantai Bagula, Pulau Ambon, Provinsi Maluku.
Bagaimana kisah legenda Buaya Tembaga ini?
Mari kita simak bersama dalam cerita berikut ini.
Buaya Tembaga adalah jenis buaya yang ramah dan baik hati.
Dia suka menolong para penghuni lautan lainnya.
Setiap hari dia suka berenang ke sana kemari sambil menyapa hewan-hewan laut yang ditemuinya.
“Apa kabarmu hari ini?”
“Huh! Hari ini aku nyaris saja dimakan ikan hiu! Untung saja aku bisa segera bersembunyi di sela-sela karang…”
“Lain kali, kalau bermain jangan jauh-jauh… Hehehehe…”
“Hai, Kuda Laut! Kenapa kamu sepertinya ketakutan begitu?”
“Huh! Ada kepiting mengejarku! Aku harus segera bersembunyi!”
“Hei, Buaya! Apakah kamu melihat si Kuda Laut?”
“Nggak! Memangnya kenapa?”
“Dia mencuri udang makan malamku! Huuh! Awas kalau ketemu!”
Begitulah kehidupan sehari-hari buaya besar itu.
Meskipun terlihat menyeramkan, namun dia adalah hewan yang ramah dan suka berbuat baik kepada hewan-hewan lainnya.
Sementara itu, jauh di sebuah tempat lainnya, seekor ular besar sedang memangsa ikan-ikan.
Ikan-ikan segera mengadakan rapat akbar, mencari cara mengalahkan ular besar tersebut.
Rapat para ikan tersebut sangat berisik.
Bahkan cenderung kacau.
Para ikan sepertinya sangat takut dengan keberadaan ular besar itu.
“Diam!! Nah… kalau tenang begini, kan enak rapatnya… Coba, di antara kalian mungkin ada yang punya usul?”
“Hmm… saya punya ide! Melihat bahwa kita semua kalah melawan si ular itu, menimbang jumlah korban kita semakin banyak,
maka saya memutuskan harus meminta bantuan dunia internasional.”
Suasana kembali riuh, hanya saja kali ini dengan suara berbisik-bisik.
“Ehem! Hmm… Wahai Ikan Cucut, coba jelaskan maksudmu dengan bantuan dunia internasional.”
“Saya dengar, di perairan Bagula sana ada seekor buaya besar, menyeramkan, namun baik hati. Kita bisa mencoba meminta bantuan buaya tersebut.
Buaya tersebut dikenal dengan nama Buaya Tembaga.”
“Apakah buaya tersebut terbuat dari tembaga?”
“Tentu saja bukan. Warna buaya tersebut mirip tembaga. Jadi orang-orang di sana menyebutnya dengan nama buaya tembaga.”
“Hmm… hmm… usul Ikan Cucut boleh juga. Rakyat ikan, apakah kalian setuju dengan usul Ikan Cucut?”
“Setuju! Setuju!”
“Nah, Ikan Cucut, bangsa ikan sudah setuju dengan usulmu, sekarang tugasmu untuk menemui buaya tembaga dan meminta bantuan.”
“Aku yang punya ide, aku pula yang berangkat… Dasar, bangsa ikan! Huuh!”
Ikan cucut berenang melintasi lautan yang luas.
Siang-malam, hujan-badai, dan petir dilaluinya demi menemui si Buaya Tembaga.
Setelah berhari-hari perjalanan yang berat, Ikan Cucut pun sampai di pantai tempat Buaya Tembaga tinggal.
“Hei, kamu! Buaya!”
“Siapa kamu?”
“Kamu Buaya Tembaga, kan?”
“Hmm… Namaku, sih, sebenarnya cuma Buaya nggak pakai Tembaga. Tapi, begitulah, orang-orang menjuluki aku sebagai Buaya Tembaga.”
Setelah berhasil menemukan Buaya Tembaga, Ikan Cucut segera menyampaikan maksud kedatangannya.
“Hmm… Baiklah… Aku akan menolong kalian.”
Keesokan harinya, Buaya Tembaga dan Ikan Cucut segera berangkat.
Penyambutan Buaya Tembaga dilakukan dengan sangat meriah.
Bahkan, Buaya Tembaga juga disambut dengan jamuan makan yang sangat mewah.
Selesai acara makan, Ikan Pari pun mewakili bangsa ikan berbicara kepada Buaya Tembaga.
Setelah penyambutan dan jamuan makan yang meriah, keesokan harinya Buaya segera diantarkan oleh Ikan Cucut menuju tempat ular besar itu.
“Aku yang punya ide, aku yang menjemput, sekarang aku pula yang mengantar… Hadeeh…”
Akhirnya mereka bertemu dengan ular besar itu.
“Lah! Itu ularnya!”
“Hai… Siapa kamu? Berani-beraninya datang ke sini…”
“Aku ini adalah Buaya. Aku datang untuk membantu para ikan di sini dari kekejamanmu!”
“Sepertinya sudah takdir kita bertarung di sini…”
Buaya Tembaga dengan ular besar tersebut bertarung dengan hebat.
Siang-malam mereka bertarung tanpa henti hingga tiga hari lamanya.
Pada hari ketiga, ular menggunakan kekuatan terakhirnya untuk memenangkan pertarungan.
Dengan secepat kilat dia menyerang buaya dengan kekuatan penuh.
Ular besar itu pun mati.
Seluruh bangsa ikan yang menyaksikan pertarungan tersebut bersorak gembira merayakan kemenangan buaya.
Setelah kemenangan buaya atas ular, maka bangsa ikan pun mengadakan pesta pemberian hadiah.
“Tuan Buaya Tembaga, atas nama bangsa ikan saya mengucapkan terima kasih karena Anda telah berhasil menyingkirkan ular tersebut.”
“Hehehehe… Sudah sepantasnya sebagai sesama penghuni laut kita harus tolong-menolong.”
“Kami, bangsa ikan, sudah memutuskan untuk memberi hadiah yang layak kepada Tuan Buaya.”
Buaya Tembaga pun kembali ke teluk Baguala, sambil membawa hadiah yang diberikan bangsa ikan.
Ngomong-ngomong, hadiah apa, ya, yang diberikan bangsa ikan?
Ternyata bangsa ikan memberi hadiah beberapa jenis bibit ikan yang sebelumnya tidak ada di teluk Baguala.
Beberapa jenis bibit ikan tersebut adalah ikan Parang-parang, ikan Make, ikan Papere, ikan Salmaneti.
Kehadiran ikan-ikan hadiah tersebut membuat teluk Baguala semakin kaya akan spesies ikan.
覚えたい重要単語
- Tembaga: 銅
- Konon: おそらく
- Nyaris: ほぼ
- Ikan hiu: サメ
- Sela-sela: 間
- Kuda laut: タツノオトシゴ
- Kepiting: カニ
- Udang: 海老
- Memangsa: 獲物を食べる
- Rapat akbar: 大会議
- Berisik: うるさい
- Cenderung: 傾く
- Usul: 提案
- Menimbang: 検討する (原型:timbang)
- Suasana: 状況
- Riuh: 騒々しい
- Ikan Cucut: メカジキ
- Petir: 雷
- Penyambutan: 歓迎会
- Meriah: 紅白
- Takdir: 運命
- Kilat: 稲妻
- Layak: ふさわしい
- Bibit: 種子
- Spesies: 種
日本語訳付き