入門者向け基礎から始める3か月学習プログラム

Hari ke-107 Harinya Japanesia|いろいろおはなしさせていただきます。

文字起こし

Halo semua, apa kabarnya? Sudah 1 minggu ini saya dan keluarga diam di rumah. Anak saya ngga ke sekolah dan saya ngga ke kantor. Kami diminta diam di rumah untuk cegah penyebaran virus Corona. Setiap pagi anak saya dapat tugas dari gurunya dan dia kerjakan di rumah, setelah selesai dia kirim hasilnya ke guru lewat WhatsApp. Kalau saya, harus ngajar secara online. Saya minta izin ke Taiki untuk pakai akun Zoomnya Japanesia supaya bisa ngajar selama 100 menit. Taiki izinin saya pakai akunnya, terima kasih Taiki.

Terus karena ngga bisa keluar rumah, saya terpaksa potong rambut sendiri. Pertamanya saya ragu dan takut, tapi karena ngga ada pilihan lain, saya beranikan diri. Saya potong rambut pakai clipper yang dulu saya beli di Jepang. Clipper bahasa Jepangnya バリカン. Mungkin bahasa Indonesianya “Alat potong rambut elektronik”. Potong rambut sendiri susah sekali, jadi saya ngga bisa sembunyikan pitak di belakang kepala. Sekarang pitak saya kelihatan, tapi karena diam di rumah terus, jadi ngga masalah.

Karena tidak bisa main jauh-jauh dari rumah, Bintang sering main dengan teman-temannya di dalam rumah. Mereka suka main boneka dan permainan di HP. Seperti biasa, waktu mau tidur, Bintang suka main HP. Dia suka nonton YouTube yang isinya tentang permainan yang dia suka. Kemarin dia nonton review permainan tapi pakai bahasa Thailand. Dia nonton sambil minum susu dan akhirnya dia ketiduran. Posisi HP dan botol susunya lucu sekali, jadi saya foto dan upload di akun Instagram saya.

Terus, hari ini saya juga mau ngobrol tentang Angkutan kota atau biasa disingkat jadi Angkot. Apa kalian tahu “Angkot”? Angkot adalah salah satu transportasi umum di Indonesia dengan rute yang sudah ditentukan. Kalau bus kota, biasanya punya halte sebagai tempat pemberhentian. Contohnya seperti Trans Jakarta ya. Apa ada yang sudah pernah naik Trans Jakarta. Saya dulu sering pakai Trans Jakarta, tapi sekarang lebih banyak pakai motor. Beda dengan bus, angkutan kota ngga punya halte sebagai tempat pemberhentian. Mereka bisa berhenti untuk naikkan atau turunkan penumpang di mana saja. Jenis kendaraan yang digunakan biasanya jenis van, wagon, atau bus kecil. Angkot ada di hampir semua daerah di Indonesia. Tarifnya juga relatif lebih murah dibanding dengan alat transportasi umum yang lain. Tarifnya memang murah, tapi untuk sampai ke tempat tujuan, biasanya kita juga perlu pindah angkot 2-3 kali, tapi ini tergantung tempat tujuannya juga.

Warna mobil angkot biasanya berwana biru muda. Tapi warna angkot bisa berbeda sesuai dengan daerahnya. Kalau di Jakarta, saya pernah lihat angkot warna biru muda dan merah tua. Terus untuk bedakan rutenya, angkot juga punya nomor kode. Biasanya, mm, misalnya M-31, M-29, dan banyak lagi kode yang lain. Kalau di daerah asal saya di Cirebon, semua angkot berwarna biru muda. Orang Cirebon bedakan rutenya dengan lihat nomor kode angkot itu. Kalau di Cirebon kodenya dimulai dengan huruf D. Ada D-1, D-2, dan seterusnya. Huruf yang paling depan biasanya menunjukan huruf awal dari nama daerah asal angkot itu mulai berjalan. Terus nama “Angkot” juga mungkin bisa beda tergantung daerahnya. Dulu di daerah asal saya, Cirebon, semua orang bilang angkot dengan sebutan “Taksi” lho. Artinya jauh sekali dari kata “Taksi” yang sebenarnya ya. Terus, kalau di Jakarta, orang-orang bilang angkot dengan sebutan “Mikrolet”. Huruf M yang ada di kode, M-31 dan M-29 yang tadi saya sebut, itu mungkin asalnya dari kata Mikrolet ya.

Tapi, sekarang sudah ada angkutan umum yang berbasis online. Sekarang banyak orang yang lebih suka pakai Gojek atau Grab, jadi orang yang pakai angkot semakin sedikit. Gojek dan Grab lebih praktis karena kita bisa pergi langsung ke tempat tujuan tanpa perlu keliling-keliling seperti waktu kita naik angkot. Katanya sekarang di Bandung ada juga angkot yang bisa dipakai secara online. Saya ngga tahu cara pakainya seperti apa, tapi mungkin sama dengan Gojek atau Grab ya. Oh ya, kalau kita naik bus di Jepang, waktu mau turun dari bus, kita cuma perlu tekan tombol saja ya, nah kita ngga akan lihat tombol seperti itu di angkot. Untuk turun dari angkot, biasanya penumpang bilang kata “kiri” atau ketok bagian atap mobil. “Tok, tok, tok”. Bisa juga digabung dengan kata “Mas” atau “Bang”. Misalnya “Kiri bang” atau “Kiri Mas”, begitu. Bisa juga bilang kata-kata itu sambil ketok bagian atap mobil. Tapi, kenapa untuk berhentikan angkot harus kata “Kiri” yang dipakai ya? Kalau menurut saya, mungkin karena penumpang berharap angkotnya berhenti di sebelah kiri ya, jadi bilang begitu. Tapi ini mungkin ya, saya juga kurang tahu sebabnya kenapa.

※訂正:チレボンのアンコットは「merah mudah」と言っていますが、正しくはbiru muda=水色」です。

JLC会員の方は会員サイトより文字起こし日本語訳付きの完全版をご利用ください。

2 COMMENTS

Yuka.t

Halo Pak Hari.
Saya dan suami saya juga diam di rumah terutama akhir pekan ini. Orang-orang di Tokyo dan dekat Tokyo juga diminta diam di rumah untuk cegah penyebaran Covic-19 oleh Gubernur Tokyo.
Sayangnya Olimpiade Tokyo telah ditunda. Semoga kebingungan Covid-19 akan hilang dari dunia sesegera mungkin.
Yuka.t

返信する
Hari

Yuka san halo, terima kasih komentarnya.

Olimpiade Tokyo ditunda ya. Sayang sekali. Saya juga diam di rumah terus. Yang paling kasihan adalah anak-anak karena mereka bisa cepat bosan ya.

返信する

コメントを残す

メールアドレスが公開されることはありません。 が付いている欄は必須項目です

このサイトはスパムを低減するために Akismet を使っています。コメントデータの処理方法の詳細はこちらをご覧ください

\もっとインドネシアを知りたいひとはこちら/

メルマガやSNSでは、インドネシア語学習に役立つ最新情報やコンテンツをお届け!是非チェックしてみてくださいね。