入門者向け基礎から始める3か月学習プログラム

寓話でインドネシア語 Vol.22 LEGENDA ULAR NDAUNG ~ Dongeng Bengkulu(NDAUNG蛇の伝説|ベンクルーの寓話)

まずは動画を一度見て、大体の内容を確認しましょう。分からない単語は放置で良いです。その後に音声を流しながら文字お越しの文章を追います。分からない単語がチェックできた時点で、もう一度動画を観る⇒音声を流す作業をしてください。最後に音声を流して情景やストーリーをイメージできるようになるまで何度も繰り返しましょう。音声だけを聞いて分からない単語や表現がなくなったら次の動画を観ましょう。

文字起こし

Legenda Ular Ndaung – Cerita Rakyat Provinsi Bengkulu

Pada zaman dahulu, pada sebuah puncak gunung yang terletak di wilayah Bengkulu, hiduplah seekor ular raksasa.

Oleh masyarakat setempat ular raksasa tersebut dikenal dengan nama ular Ndaung.

Terletak di pesisir barat pulau Sumatera.

Di bagian timur provinsi Bengkulu berbatasan dengan provinsi Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian selatan berbatasan dengan provinsi Lampung, dan di bagian utara berbatasan dengan provinsi Sumatera Barat

Sedangkan di bagian barat provinsi Bengkulu terhampar salah satu lautan terbesar di dunia yaitu Samudera Indonesia.

Legenda tentang ular Ndaung dimulai dari kisah seorang perempuan tua dan tiga orang putrinya.

Mereka menempati sebuah rumah sederhana di pinggiran hutan tidak jauh dari gunung tempat ular Ndaung bersemayam.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga tersebut mengandalkan ladang yang ada di belakang rumah mereka.

Sayangnya di keluarga yang miskin itu hanya wanita tua dan putri bungsunya yang rajin bekerja.

Putri pertama dan kedua ternyata anak-anak yang pemalas.

Suatu hari wanita tua itu jatuh sakit.

Seorang tabib desa dipanggil dan segera memeriksanya.

“Ibu kalian menderita sakit yang parah. Aku bisa meramu obatnya dari beberapa akar tanaman di hutan.

Hanya saja akar-akar tanaman obat tersebut harus direbus dengan bara abadi yang ada di kawah puncak gunung sana.

Sekarang siapakah di antara kalian yang berani mengambil bara abadi itu?”

“Aduh, maafkan aku, ibu… mana berani aku mengambil bara api di kawah gunung.”

“Aku juga tidak berani ibu, di puncak gunung itu bersemayam ular raksasa, bagaimana jika aku dimakan ular itu?”

“Demi ibu aku siap berangkat mengambil bara abadi. Ibu doakan aku supaya selamat.”

Ternyata justru putri bungsu yang berani berangkat mengambil bara abadi tersebut.

Sebelum berangkat putri bungsu tidak lupa mencium tangan ibunya dan memohon didoakan agar selamat.

Kedua kakaknya terkejut dan terheran-heran melihat adik mereka.

Sedangkan sang tabib terlihat kagum dan bangga pada putri bungsu wanita tua itu.

Sang putri bungsu berjalan mendaki ke puncak gunung.

Segala rintangan ditempuhnya demi mencari obat untuk kesembuhan ibunya.

Seterlah berhasil mencapai puncak gunung, putri bungsu yang kelelahan beristirahat dengan duduk bersandar di sebuah batang pohon yang besar.

Ketika sedang melepas lelah, batang kayu besar tempat putri bungsu bersandar tiba-tiba bergerak.

Putri bungsu yang terkejut segera menjerit ketakutan melihat kayu besar tempat bersandar ternyata seekor ular raksasa.

Ular raksasa tersebut memperhatikan putri bungsu dengan seksama.

Lidahnya menjulur dan mengeluarkan suara desisan yang sangat menakutkan.

“Sss… sss…”

Apakah ular raksasa tersebut marah dan akan memakan putri bungsu?

“Sss… sss, wah, siapakah engkau dan kenapa ada di puncak gunung ini?”

Putri bungsu kemudian menceritakan tentang penyakit yang menimpa ibunya.

Ular Ndaung merasa sedih mendengar cerita si putri bungsu.

Tanpa terasa ular Ndaung meneteskan air mata.

“Sss… huu, huu…”

Putri bungsu merasa terharu melihat ular Ndaung meneteskan air mata mendengar ceritanya.

“Tenang saja putri bungsu aku akan mengambilkan bara abadi itu dan tidak mungkin kamu turun ke bawah sana”

“Terima kasih ular Ndaung, meskipun ular ternyata tapi ternyata kamu sangat baik hati dan tidak jahat”

“Haha…”

Ular Ndaung segera turun ke dalam kawah mengambil bara abadi, sedangkan putri bungsu mengamati dari bibir kawah.

Tiba-tiba terdengar ledakan dari dalam kawah, asap putih menjadi sangat tebal sehingga putri bungsu tidak bisa melihat ular Ndaung.

“Ular, apakah kamu baik-baik saja?”

Berkali-kali putri bungsu memanggil ular Ndaung tetapi tidak ada jawaban, putri bungsu pun menjadi sangat cemas.

Ketika putri bungsu dilanda kecemasan, tiba-tiba terlihat ular Ndaung merayap dari bawah kawah menembus asap putih yang

tebal, tubuh ular Ndaung penuh dengan keringat.

“Syukurlah engkau selamat ular Ndaung, aku sangat mengkhawatirkanmu.”

“Haha… kalau cuma masuk ke dalam kawah itu perkara kecil, saya gitu loh! Haha…”

“Hmm… tetapi bagaimana dengan bara abadinya? Apakah engkau berhasil membawanya?”

“Aha, ini dia!”

“Wah, kamu hebat! Kalau begitu bolehkah aku membawanya? Aku ingin sekali ibuku cepat sembuh.”

“Hmm… setelah aku memberikan bara abadi ini maukah engkau kembali kesini?”

“Kenapa aku harus kembali ke sini?”

“Hmm… aku ingin menikah denganmu.”

“Hmm… bagaimana, ya.. Aku bingung harus menjawab apa.”

“Baiklah, mana mungkin ular menyeramkan sepertiku menikah dengan gadis secantik sepertimu.

Terimalah bara abadi ini, semoga ibumu cepat sembuh.”

“Ular, aku akan segera pulang untuk mengobati ibuku, setelah ibuku sembuh aku akan segera kembali ke sini.”

“Wah, benarkah? Terima kasih, Putri! Aku sangat bahagia!”

Sesampainya di rumah, kakak-kakaknya terkejut melihat putri bungsu selamat.

Mereka bertanya macam-macam.

Tetapi putri bungsu segera memanggil tabib untuk membuat ramuan obatnya.

Setelah ramuan obat siap, wanita tua tersebut langsung meminumnya.

Sungguh mujarab ramuan tersebut, wanita tua itu langsung sehat seketika.

“Sungguh luar biasa Tuhan menurunkan penyakit sekaligus obatnya. Meskipun kita butuh perjuangan untuk mendapatkan obat tersebut.”

“Terima kasih, putriku. Engkau telah mempertaruhkan keselamatanmu sendiri demi mendapatkan obat untuk ibumu.”

“Bungsu ceritakanlah bagaimana kamu bisa selamat dari ular Ndaung itu?”

Putri bungsu menceritakan semua kejadian yang dialaminya selama di puncak gunung bersama ular Ndaung.

Ibunya dan tabib merasa takjub dan bangga dengan keberanian putri bungsu.

“Jadi setelah ini kamu akan kembali ke gunung dan menikah dengan ular Ndaung?”

“Mana mungkin manusia menikah dengan ular.”

“Sudahlah, yang terpenting adik kalian sudah berhasil mendapatkan bara abadi tersebut dan sekarang dia harus memenuhi janjinya kepada ular Ndaung.”

Putri bungsu pun kembali ke puncak gunung dan menemui ular Ndaung.

Malam harinya putri bungsu sangat terkejut melihat keanehan yang terjadi pada ular Ndaung.

Ular yang sangat besar dan menyeramkan tersebut berubah menjadi sosok lelaki tampan.

“Kakanda, siapakah engkau sebenarnya?”

“Adinda, aku sebenarnya adalah pangeran di kerajaan ini, namaku pangeran Abdulrahman Alamsyah.”

Ular Ndaung yang ternyata adalah pangeran Abdulrahman menceritakan bahwa dirinya dikutuk menjadi ular raksasa oleh pamannya.

Sang paman sangat menginginkan menjadi raja sehingga harus menyingkirkan pangeran Abdulrahman Alamsyah yang merupakan putra mahkota.

“Jika malam hari aku memang kembali ke wujud asli sebagai manusia, tetapi jika pagi tiba aku akan berubah lagi menjadi ular raksasa.”

“Aku akan menikahi adinda jika sihir ini sudah benar-benar musnah.”

Keesokan harinya, wanita tua dan kedua anaknya pergi ke puncak gunung untuk melihat kabar putri bungsunya.

Karena berjalan pelan, mereka baru sampai ke puncak gunung setelah malam tiba.

Sesampainya di puncak gunung mereka terkejut melihat si putri bungsu bersama seorang lelaki tampan bukan dengan seekor ular.

“Putriku, siapakah lelaki yang bersamamu?”

Putri bungsu menceritakan tentang siapa sebenarnya ular Ndaung yang selama ini ditakuti oleh warga di sekitar gunung tersebut.

“Syukurlah putriku, ini anugerah dari Yang Maha Kuasa karena selama ini engkau sangat berbakti kepada ibu.”

Ketika malam telah larut kedua kakak putri bungsu yang merasa iri ternyata merencanakan sesuatu.

Melihat ibu, adiknya, dan pangeran Abdulrahman telah tidur, mereka berdua diam-diam membakar kulit ular milik pangeran

Abdulrahman Alamsyah.

Mereka mencoba memfitnah adiknya dengan meletakkan abu bekas kulit ular tersebut di dekat si putri bungsu.

Pagi harinya pangeran Abdulrahman Alamsyah yang baru bangun terkejut melihat kulit ularnya terbakar habis.

Anehnya bukanya sedih atau marah pangeran Alamsyah justru sangat gembira.

Dia segera membangunkan si putri bungsu.

“Adinda bangun!”

“Ada apa, kanda?”

“Apakah adinda yang membakar kulit ularku?”

“Bukan kanda, bukan aku yang melakukannya”

“Syukurlah, jika ada orang yang dengan rela membakar kulit ularku maka aku benar-benar telah terbebas dari sihir itu.”

Kedua kakak si bungsu yang mendengar hal tersebut menjadi sangat menyesal, mereka pun mengaku telah melakukannya.

Setelah terbebas dari sihir, pangeran Abdulrahman Alamsyah segera kembali ke istana dan mengusir pamannya.

Pangeran Abdulrahman Alamsyah menikahi si putri bungsu dengan pesta besar-besaran.

Pangeran Abdulrahman Alamsyah kemudian dinobatkan menjadi raja menggantikan pamannya yang jahat.

覚えたい重要単語

  • Puncak gunung: 山頂
  • Ular raksasa: 巨大蛇
  • Pesisir: 海岸
  • Barat: 西
  • Terhampar: 広げてある
  • Bersemayam: 住む
  • Mengandalkan: 頼る
  • Pemalas: 怠けもの (原型?malas)
  • Tabib: 伝統的な医者
  • Parah: 厳しい(病気)
  • Meramu obat: 薬を作る
  • Akar: 根
  • Tanaman: 植物
  • Bara: 残り火
  • Abadi: 永遠
  • Kawah: 火口
  • Rintangan: 障害
  • Kesembuhan: (病気から)回復(原型?sembuh)
  • Bersandar: 凭れる
  • Seksama: 慎重に考え抜かれる
  • Suara desisan: シューと言う音(蛇の音)
  • Bibir kawah: 外輪山
  • Hebat: 凄い
  • Ramuan obat: 薬草
  • Mempertaruhkan: 維持する
  • Takjub: びっくりした
  • Sihir: 魔法
  • Anugerah: 贈り物

日本語訳付き

ここから先はJLC会員限定公開となります。

ご覧いただくにはパスワードが必要です。パスワードはJLC限定FBグループの今月のzoomパスワードと同様です。会員の方はJLCのFBグループをご確認ください。

コメントを残す

メールアドレスが公開されることはありません。 が付いている欄は必須項目です

このサイトはスパムを低減するために Akismet を使っています。コメントデータの処理方法の詳細はこちらをご覧ください

\もっとインドネシアを知りたいひとはこちら/

メルマガやSNSでは、インドネシア語学習に役立つ最新情報やコンテンツをお届け!是非チェックしてみてくださいね。