入門者向け基礎から始める3か月学習プログラム

寓話でインドネシア語 Vol.15 Legenda Garuda Wisnu Kencana – Kisah dari Provinsi Bali(ガルーダ・ウィスヌ・クンチャナの伝説 バリ島の物語)

まずは動画を一度見て、大体の内容を確認しましょう。分からない単語は放置で良いです。その後に音声を流しながら文字お越しの文章を追います。分からない単語がチェックできた時点で、もう一度動画を観る⇒音声を流す作業をしてください。最後に音声を流して情景やストーリーをイメージできるようになるまで何度も繰り返しましょう。音声だけを聞いて分からない単語や表現がなくなったら次の動画を観ましょう。

文字起こし

Legenda Garuda Wisnu Kencana – Kisah dari Provinsi Bali

Patung Garuda Wisnu Kencana merupakan salah satu tujuan wisata yang sangat populer di Pulau Bali.

Tempat wisata ini memiliki nama lengkap Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana.

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana ini mulai dibangun pada tahun 1992 dan diresmikan pada tahun 2018.

Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana menempati lahan seluas 67 hektar di wilayah Jimbaran, Provinsi Bali.

Garuda Wisnu Kencana selama berabad-abad menjadi legenda rakyat Bali yang masih diceritakan secara turun temurun.

Bagaimana ceritanya?

Mari kita simak bersama dalam kisah berikut ini.

Pada zaman dahulu di Pulau Bali, hiduplah seorang Resi sakti yang bernama Resi Kasyapa.

Sang Resi sakti memiliki dua orang putri.

Putri pertama bernama Kadru dan putri kedua bernama Winata.

Suatu hari, Resi Kasyapa memberikan kepada kedua putrinya masing-masing sebutir telur yang berwarna putih yang besar.

“Kadru dan Winata, jagalah telur-telur itu. Apapun yang menetas harus kalian rawat seperti anak sendiri.”

“Siap, Ayahanda!”

Setelah beberapa bulan telur-telur itu pun menetas.

Telur milik Kadru menetas dan melahirkan sembilan ekor naga.

Sedangkan telur milik Winata menetas dan melahirkan seekor burung elang.

Burung elang tersebut oleh Winata diberi nama Garuda.

Memelihara sembilan ekor naga membuat Kadru kewalahan.

Setiap hari sembilan ekor naga itu selalu ribut dan berlarian ke sana kemari

Sedangkan Winata setiap hari dengan sabar memelihara Garuda.

Dia memberi makan dan membantunya belajar terbang.

Rasa dengki selalu menghinggapi manusia yang berhati buruk.

Demikian juga dengan Kadru.

Setiap hari melihat Winata yang tidak kerepotan mengurus Garuda, Kadru pun merasa dengki.

Dia pun mencari rencana jahat agar Winata mau memelihara sembilan ekor naga miliknya.

Keesokan harinya, Kadru menemui ayahnya.

“Ayahanda, seumur-umur baik saya maupun adinda Winata belum pernah melihat kuda Ucaisuara.

Bilamana ayahanda berkenan mendatangkan kuda Ucaisuara kemari agar kami bisa melihatnya.”

“Baiklah, besok akan kupanggil kuda Ucaisuara kemari.”

Setelah menemui ayahnya, Kadru kemudian menemui adiknya Winata.

“Adinda, ada kabar gembira. Besok ayahanda akan memanggil kuda Ucaisuara kemari.

Kita berdua selama ini belum pernah melihat kuda yang bisa terbang itu.”

“Wah! Benarkah? Selama ini kita hanya pernah mendengar namanya. Tapi belum pernah melihat wujudnya seperti apa.”

“Nah, bagaimana kalau kita main tebak-tebakan. Apa warna kuda terbang itu, tapi yang kalah harus mematuhi perintah yang

menang. Bagaimana?”

“Baiklah, aku setuju.”

“Aku menebak kuda tersebut berwarna hitam.”

“Aku menebak, kuda itu berwarna putih.”

Kadru kemudian menemui anak-anaknya.

“Dengar, ya! Aku baru saja bertaruh dengan Winata apa warna kuda Ucaisuara.

Aku menebak warna kuda itu hitam, sedang Winata menebak warna kuda itu putih.”

“Aduh, Ibu… warna kuda itu putih…”

“Tahu dari mana kamu?”

“Aku tadi bertanya kepada kakek Resi. Huhuhu…”

“Wah… kalah kita… huhuhu…”

“Habislah kita dihajar sama Garuda… Huhuhu…”

“Diam, kalian! Hmm… aku ada ide. Kalian cegat kuda Ucaisuara sebelum datang kemari, kemudian kalian sembur sehingga kuda

itu berwarna hitam. Kalian mengerti?”

“Iya, ibu… kami mengerti.”

Keesokan harinya kuda Ucaisuara dalam perjalanan menuju ke rumah Resi Kasyapa.

Ketika masih dalam perjalanan tersebut, tanpa sempat disadari oleh kuda Ucaisuara sembilan naga menyemburnya.

Akibatnya tubuh kuda Ucaisuara dari berwarna putih menjadi hitam legam.

“Dasar, anak-anak nakal! Awas kalian!”

“Lihatlah, adinda! Kuda Ucaisuara berwarna hitam! Nah, mulai sekarang kamu harus mematuhi semua perintahku.”

Setelah itu, sesuai perjanjian, Winata harus mengurus sembilan ekor naga.

Sedangkan Kadru setiap hari hanya bermalas-malasan.

Selama bertahun-tahun Winata harus memelihara sembilan ekor naga tersebut.

Sampai suatu ketika, Garuda yang sudah dewasa bertanya kepada ibunya.

“Ibu, kenapa harus repot-repot mengurus sembilan naga itu? Padahal mereka itu bukan anak-anak ibu.”

Winata pun menjelaskan asal-usulnya sehingga dia harus mengurus sembilan ekor naga tersebut.

Garuda yang mengetahui hal tersebut menjadi sangat marah.

“Pasti ini ulah licik sembilan ekor naga itu! Aku sudah terbang ke khayangan dan melihat sendiri kalau kuda Ucaisuara itu berwarna putih.”

Garuda yang sangat marah segera menemui sembilan naga.

Mereka bertarung dengan sangat dahsyat.

“Aduduh… ampun, Garuda… Aku mengaku kalah…”

“Aduuh… sisikku terkelupas gara-gara cakarmu!”

“Ibu… tolong aku… Huhuhu…”

Garuda yang cakarnya sangat kuat dan bisa terbang mampu mengalahkan sembilan ekor naga tersebut.

“Garuda, meskipun kamu bisa mengalahkan anak-anakku, bukan berarti ibumu bisa bebas!

Agar ibumu bisa bebas, kamu harus membawa Tirta Amartha dan kau berikan kepada anak-anakku.”

Tirta Amartha adalah air keabadian.

Siapapun yang meminumnya meskipun hanya setetes, akan hidup abadi.

Garuda pun kemudian terbang menjelajahi tujuh samudra mencari Tirta Amartha.

Selama berhari-hari, air keabadian yang dicarinya tidak kunjung ketemu.

Hingga sampai akhirnya Garuda bertemu dewa Wisnu.

“Hai, burung elang raksasa! Sudah berhari-hari kamu menjelajahi tujuh samudra. Sebenarnya apa yang kamu cari?”

Garuda menjelaskan tentang tujuannya mencari Tirta Amartha.

“Hmm… aku bisa memberikan secangkir Tirta Amartha, dengan syarat engkau mau menjadi tungganganku.”

“Wah! Kamu berhasil mendapatkan Tirta Amartha! Dengan ini kubebaskan ibumu.”

Ketika Kadru hendak memberikan cangkir berisi Tirta Amartha, tiba-tiba datang dewa Indra dan merebut cangkir tersebut.

Sebagian isi cangkir Tirta Amartha jatuh ke rumput ilalang yang berdaun tajam.

Sembilan naga berebut menjilati rumput ilalang.

Namun sayang, rumput ilalang yang berdaun tajam membuat lidah naga terbelah bagian tengahnya.

Itulah hukuman buat kalian yang bertindak serakah dan suka memperbudak orang lain.

Mulai dari sekarang seluruh keturunan kalian akan memiliki lidah bercabang, sebagai pelajaran bagi siapa saja yang berani berbuat sewenang-wenang di muka bumi ini.

Garuda juga memenuhi janjinya kepada dewa Wisnu.

Garuda mengantarkan dewa Wisnu ke seluruh penjuru bumi dan langit.

Sejak itulah sang Garuda kemudian dikenal dengan julukan Garuda Wisnu Kencana.

Kegigihan perjuangan Garuda membebaskan ibunya dari perbudakan mengilhami para pendiri bangsa ini.

Mereka menggunakan burung garuda sebagai simbol Negara Kesatuan Republik Indonesia.

覚えたい重要単語

  • Legenda: 伝説
  • Patung: 彫像
  • Populer: 人気
  • Diresmikan: 発足された (原型:resmi)
  • Menempati: 占める
  • Berabad-abad: 世紀
  • Turun-temurun: 代々
  • Resi: 苦行者
  • Rawat: 介護
  • Menetas: 孵る
  • Naga: 竜
  • Burung elang: 鷲
  • Kewalahan: 圧倒される
  • Dengki: 嫉妬深い
  • Memelihara: 飼う
  • Seumur-umur: 一生
  • Kuda: 馬
  • Bilamana: もし
  • Berkenan: 宜しい
  • Tebak-tebakan: 推測
  • Wujud: 形
  • Bertaruh: 賭ける
  • Dihajar: 殴られる
  • Sembur: ぼやける
  • Mengurus: 世話をする (原型:urus)
  • Repot-repot: わざわざ
  • Licik: ずるい
  • Khayangan: 天国
  • Sisikku: 私の鱗
  • Terkelupas: はがれた
  • Cakar: 爪
  • Setetes: 一滴
  • Abadi: 永遠
  • Dewa: 神
  • Menjelajahi: 探検する
  • Secangkir: 一杯
  • Tungganganku: 私の騎乗
  • Ilalang: 草
    Terbelah: 割ってある
  • Serakah: 貪欲な
  • Memperbudak: 奴隷させる
  • Bercabang: 分岐した
  • Sewenang-wenang: 恣
  • Kegigihan: 固執
  • Mengilhami: 鼓舞する

日本語訳付き

ここから先はJLC会員限定公開となります。

ご覧いただくにはパスワードが必要です。パスワードはJLC限定FBグループの今月のzoomパスワードと同様です。会員の方はJLCのFBグループをご確認ください。

コメントを残す

メールアドレスが公開されることはありません。 が付いている欄は必須項目です

このサイトはスパムを低減するために Akismet を使っています。コメントデータの処理方法の詳細はこちらをご覧ください

\もっとインドネシアを知りたいひとはこちら/

メルマガやSNSでは、インドネシア語学習に役立つ最新情報やコンテンツをお届け!是非チェックしてみてくださいね。